Who Else Wants To Know How To BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam Ke Dunia Sensasi Dan Kontroversi?

Who Else Wants To Know How To BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam Ke Dunia…

Minda 0 3,653 03.22 00:52
BDSM: Sebuah Pengantar Mendalam ke Dunia Sensasi dan Kontroversi




BDSM, singkatan dari Bondage, Dominance/Discipline, Submission/Sadism, dan Masochism, adalah subkultur yang telah menjadi subjek perdebatan dan penelitian selama bertahun-tahun. Dengan akarnya yang kuno dan berkembang menjadi fenomena kultur yang kompleks, BDSM menimbulkan beraneka reaksi dari masyarakat lazim, mulai dari penolakan sempurna sampai pemahaman yang mendalam.


Sejarah BDSM: Dari Kuno Sampai Modern

BDSM bukanlah fenomena baru. Praktik-praktik seperti perbudakan, sanksi jasmani, dan permainan kekuasaan telah ada dalam sejarah manusia sejak zaman kuno. Sebagai contoh, dalam kebudayaan Romawi kuno, kekerabatan dominasi dan submisi tak jarang kali terjadi dalam wujud perbudakan seksual. Meskipun berbagai praktik ini mempunyai akar sejarah yang panjang, istilah BDSM sendiri baru timbul pada abad ke-20.

Pada permulaan abad ke-20, teladan-contoh seperti Marquis de Sade, seorang penulis Prancis yang familiar dengan karya-karyanya yang kontroversial, memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman awal perihal konsep-konsep yang berkaitan dengan BDSM. Kecuali itu, di era yang sama, Sigmund Freud memperkenalkan konsep sadisme dan masokisme sebagai komponen dari teori psikoanalisisnya.

Perkembangan lebih lanjut dari subkultur ini terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an di Amerika Serikat, dikala komunitas-kelompok sosial rahasia mulai terwujud di sekitar praktik-praktik BDSM. Selama periode ini, para pelaku BDSM mulai merumuskan kode etik dan regulasi-hukum yang mendampingi praktik-praktik mereka, serta memperkenalkan konsep-konsep seperti \"Safe, Sane, and Consensual\" (SSC) dan \"Risk-Aware Consensual Kink\" (RACK), yang menekankan pentingnya keselamatan dan persetujuan dalam semua interaksi BDSM.

Konsep-Konsep Dasar dalam BDSM

1. Bondage: Merupakan praktik mengikat atau membatasi gerakan seseorang mengaplikasikan tali, rantai, atau bahan lainnya. Tujuan dari bondage dapat bervariasi, mulai dari keindahan dan eksplorasi sensual hingga permainan kekuasaan.

2. Dominance and Submission (D/s): D/s melibatkan dinamika kekuasaan di antara pasangan, di mana satu pihak mengambil peran dominan (dom) sementara yang lainnya menjadi submisif (sub). Ini melibatkan undang-undang-regulasi yang disepakati dan permainan kekuasaan yang konsensual.

3. Sadism and Masochism (S&M): Sadisme ialah kepuasan seksual yang didapat dari menyakiti atau mendominasi orang lain, sementara masokisme adalah kepuasan dari mendapatkan rasa sakit atau penderitaan. Dalam konteks BDSM, kedua konsep ini dapat dijelajahi dengan persetujuan dan batasan yang jelas.

4. Consent: Persetujuan adalah pilar utama dalam praktik BDSM. Seluruh tindakan patut didasarkan pada kesepakatan yang terang dan diberi secara sukarela oleh segala pihak yang terlibat. Persetujuan ini mesti bebas dari paksaan, tekanan, atau manipulasi.

Kontroversi dan Penafsiran Kepada BDSM

Padahal praktik-praktik BDSM telah berkembang dan diterima secara luas di antara komunitas yang terlibat, masih ada banyak kontroversi yang memutari subkultur ini. Salah satu kritik utama merupakan bahwa BDSM melibatkan kekerasan dan penindasan, meskipun penunjangnya menegaskan bahwa semua tindakan dikerjakan dengan persetujuan dan kesadaran penuh dari semua pihak yang terlibat.

Beberapa juga kuatir bahwa praktik-praktik BDSM dapat memperkuat ketidaksetaraan gender dan mewujudkan kesalahpahaman perihal apa yang sebenarnya sehat dalam relasi seksual. Tetapi, pensupport BDSM berargumen bahwa subkultur ini sebenarnya mensupport komunikasi yang jujur ​​dan terbuka antara pasangan, serta pemberdayaan individu untuk mengeksplorasi dan menyuarakan kemauan mereka dengan aman.



BDSM ialah subkultur yang rumit, dengan akar sejarah yang panjang dan perkembangan modern yang terus berlanjut. Walaupun masih menghadapi banyak kontroversi, BDSM sudah berkembang menjadi kelompok sosial yang terorganisir dengan bagus, dengan prinsip-prinsip seperti keselamatan, kesadaran, dan persetujuan yang menjadi tanda utama.

Penting untuk diingat bahwa praktik-praktik BDSM sepatutnya senantiasa dikerjakan dengan persetujuan bebas dan sukarela dari seluruh pihak yang terlibat. Dengan memahami konsep-konsep dasar dan skor-poin yang mendasari subkultur ini, masyarakat dapat lebih terbuka kepada bermacam bentuk ekspresi seksual dan menyokong kebebasan individu untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan aman dan sehat.

Comments

글이 없습니다.
제목
답변대기 | Test
Facebook Twitter GooglePlus KakaoStory KakaoTalk NaverBand